Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources

£9.495
FREE Shipping

Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources

Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources

RRP: £18.99
Price: £9.495
£9.495 FREE Shipping

In stock

We accept the following payment methods

Description

His interest in the symbolism of colours found expression in his talent for gardening. From his home in Kent, he would search far and wide for a particular specimen, seeking, for example, a shade of blue that perfectly reflected the perfection of heaven. AMJAD, NAUMANA (2005). "Dr Martin Lings: Some Personal Recollections". Islamic Studies. 44 (3): 459–462. ISSN 0578-8072. The Secret of Shakespeare: His Greatest Plays Seen in the Light of Sacred Art, Quinta Essentia, Cambridge, 1996. Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources ( Islamic Texts Society, 1983) ISBN 978-0-946621-33-0 (World-UK edn) / ISBN 978-1-59477-153-8 (US edn) Acclaimed worldwide as the definitive biography of the Prophet Muhammad in the English language, Martin Lings'"Muhammad: His Life Based to the Earliest Sources" is unlike any other. Based on Arabic sources of the eighth and ninth centuries, of which some important passages are translated here for the first time, "Muhammad: His Life Based to the Earliest Sources" owes the freshness and directness of its approach to the words of men and women who heard Muhammad speak and witnessed the events of his life.---Martin Lings' gift for narrative, and his adoption of a style which is extremely readable, allows both the simplicity and grandeur of the story to shine through. The result is a book which will be read with equal enjoyment by those already familiar with Muhammad's life and those coming to it for the first time. "Muhammad: His Life Based to the Earliest Sources" was selected as the best biography of the Prophet in English at the National Seerat Conference in Islamabad in 1983.

Garuda itu boleh jadi siapapun yang telah melampaui perjuangan berat untuk generasinya, namun nilai-nilai ajarannya terlupakan oleh generasi yang diperjuangkannya. Muhammad yang oleh Hart diletakkan sebagai manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban, seringkali hanya dikenal namanya oleh generasi Muslim saat ini. Berapa besar generasi Muslim masa kini yang memahami masa kanak-kanak dan remaja Muhammad? Berapa besar generasi Muslim masa kini yang paham sosiologi masyarakat bertumbuhnya Sang Nabi? Berapa besar generasi masa kini yang mampu menghayati ajaran cintanya di tengah kecaman dan boikot kaumnya sendiri? Boleh jadi, Muhammad bagi generasi masa kini adalah “Garuda” yang dijunjung tanpa cinta, dibacakan shalawat oleh lisan namun tanpa hati, dijadikan legitimasi oleh kehausan akan kekuasaan. Dijadikan hiasan maya, bukan oleh siapa-siapa, tapi umatnya sendiri, yang atas nama Muhammad mereka menebar kebencian. Dipuja tapi dihina, dipuja oleh lisan mereka, disanjung oleh motif industri, dinyanyikan dalam pita-pita rekaman, namun diamdiam dalam hati, mereka mengeluh karena merasa berat menjalankan apa yang diwasiatkan. Muhammad, nama yang tak akan pernah lekang dalam labirin zaman. Meski gelombang sejarah terus bergemuruh melempar dan meninggalkan buihnya, nama itu adalah karang yang tak tergoyahkan. Ribuan karya tak akan mampu menampung keagungan karakternya, insan pilihan sepanjang zaman. Sebagai fisik manusia, ia telah hidup lima belas abad yang lalu di sebuah jazirah, sebagai energi dan ruh, ia tak pernah mati, dan tak akan pernah. Manusia intan, begitu sebagian umatnya menyebut namanya. Meskipun intan, ia menyatukan dirinya bersama kerikil-kerikil. Menjadi pendamping mereka yang dipinggirkan oleh arus kekuasaan setiap zaman. Bagai sebuah syi’ir di mushola kecil sebuah desa: Muhammadun Basyarun Laisa Kal Basyari Kanjeng Nabi Muhammad Iku manungso, nanging ora koyo lumrahe syair sebagaimana Burdah-nya Imam Busyiri maupun yang termaktub dalam prosa biografi. Ada ribuan karya berisi nukilan ucapan dan potongan-potongan peristiwa dalam kehidupannya. Ada ribuan pula yang disusun secara historis, berangkat dari perjalanan moyangnya hingga peristiwa-peristiwa besar setelah wafatnya. Muhammad adalah sosok yang teramat istimewa. Bagi sebagian kalangan, ia adalah penyampai risalah. Manusia suci yang dipilih untuk menjembatani ketentuan-ketentuan Tuhan bagi umat manusia sebagai jalan keselamatan bagi umat manusia itu sendiri. Namun bagi sebagian kalangan yang lain, beliau lebih dari sekedar itu. Ketika suatu masa, Allah bertanya kepada Sang Nabi, “Milik siapakah dirimu, Wahai Muhammad?” beliau menjawab, “Milik-Mu Ya Allah”. Kemudian Allah bertanya lagi, “Milik siapakah alam semesta ini wahai Muhammad?”, Beliau menjawab, “Milik-Mu Ya Allah”. Allah bertanya lagi, “Milik siapakah Aku ini wahai Muhammad?”, Sang Nabi diam, beliau tahu Allah tengah beretorika padanya. “Ana liman shalla ‘alaika, Aku adalah ‘milik’ orang-orang yang senantiasa bershalawat atasmu”. Demikian istimewanya Sang Nabi. Sehingga mustahil kita mencintai-Nya tanpa mencintai Sang Nabi, sebagaimana mustahilnya kita mencintai Sang Nabi tanpa mencintai-Nya. Perjalanan (sîrah) hidupnya memancar dan terus memancar menembus labirin sejarah. Menorehkan cinta di hati pecintanya, meski juga membekaskan kebencian bagi orang-orang yang iri akan kecemerlangan pribadinya. Sebagaimana dulu kaum kafir membenci diri dan umatnya. Kebencian yang kemudian terekspresikan dalam karikatur-karikatur amatiran. Kebencian yang tak seberapa sebenarnya, jika dibandingkan dengan apa yang beliau alami pada masanya dulu. Ketika harapan akan perlindungan dari kabilah Tsaqif di daerah Thaif justru berbalas cacian, makian bahkan lemparan batu. Hingga para malaikat, sekiranya diijinkan telah bersiap untuk menimpakan atas kaum tersebut gunung hingga mereka binasa. Manusia intan itu justru bermunajat, “Kepada siapakah Engkau (Allah) akan menyerahkan diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam terhadapku atau kepada musuh yang Engkau taqdirkan akan mengalahkanku?Asalkan Engkau tak murka kepada, fa lâ ubâlî, aku tak akan pernah risau” (Lings, 2009. Hal. 151). Dengan gaya bertuturnya yang indah, Martin Lings atau yang dikenal juga dengan nama Abu Bakr Siraj al-Dîn (wf.2005) menorehkan catatan-catatannya tentang perjalanan kehidupan Sang Nabi. Di tengah sekian banyak karya tentang sîrah-nya, dan di antara kealpaan sebuah generasi akan perjalanan sucinya, buku yang diwariskan Lings ini boleh jadi memiliki kekhasankekhasan yang tak dimiliki karya lain. Martin Lings adalah seorang muallaf berkebangsaan Inggris. Beliau lahir di Burnage, Lancashire, 24 Januari 1909. Meski begitu, beliau menghabiskan masa kanak-kanaknya di Amerika Serikat, mengikuti ayahnya. Setelah pulang ke Inggris, dia menempuh pendidikan di Clifton College, Bristol. Kemudian menempuh studi literature inggris dan memperoleh gelar BA dari Magdalen College, Oxford pada tahun 1932. Tahun 1935, beliau menjadi pengajar Studi Anglo-Saxon dan Inggris Tengah di Universitas Kaunas. Tahun 1940, Lings pergi ke Mesir mengunjungi seorang temannya yang mengajar di Universitas Kairo. Namun, dalam kunjungan tersebut, sang teman meninggal dalam sebuah kecelakaan dan Lings ditawari untuk mengisi posisi temannya sebagai pengajar. Dia menerima tawaran tersebut dan mulai mempelajari Islam di Mesir. Setelah banyak berhubungan dengan ajaran tasawuf, dia berketetapan hati In 1939, Lings went to Cairo, Egypt, to visit a friend who was an assistant of René Guénon. Soon after arriving in Cairo, his friend died and Lings began studying Arabic. Cairo became his home for over a decade; he became an English language teacher at the University of Cairo and produced Shakespeare plays annually. [5] Lings married Lesley Smalley in 1944 and lived with her in a village near the pyramids. [6] Despite having settled comfortably in Egypt, Lings was forced to leave in 1952 after anti-British disturbances. [7] Lings in 1948. A distinctive element of the biography is the vivid, approachable narrative style, [5] which is fast moving and flows fluently. [3] The book reads more like a novel [6] and was written in a style, which is easily readable, [2] comprehensible and it uses language, which reflects both simplicity and grandeur. [4]

You may also like…

mereka bertanya kepada Rasulullah mengenai tiga hal, pemuda yang melarikan diri ke gua (Ashhabul Kahfi), pemimpin pasukan yang menguasai Timur dan Barat (Dzulqarnain), dan soal ruh. Maka, di tengah kesenjangan generasi masa kini akan keteladanan Rasulnya, buku ini dapat menjadi oase yang menyejukkan sekaligus pohon ilmu yang buahnya siap kita petik setiap saat. Lings menghadirkan sosok Muhammad di depan kita secara otentik. Wa Allahu a’lam.[] Susilo Wibisono, S.Psi., M.Si adalah tuan rumah bagi segenap peziarah ka’bah yang hadir di Makkah tiap tahunnya. Kekuasaan tersebut dilandasi oleh peristiwa sejarah bahwa Abdul Muthalib lah yang menemukan sumber air zam-zam pada masa mudanya. Kita barangkali bertanya, apa yang dimaksud dengan kenyataan bahwa Abdul Muthalib menemukan sumur zam-zam? Bukankah sumur tersebut adalah mata air yang keluar dari hentakan kaki bayi Isma’il a.s.? Buku ini menjelaskan secara gamblang tentang perpindahan kekuasaan dari klan satu ke klan yang lain terkait dengan “copy right” sumur zam-zam tersebut. Dengan detail pula bercerita tentang satu klan yang kemudian menyembunyikannya dengan menimbunnya hingga hilang selama beberapa generasi dan ditemukan kembali oleh Abdul Muthalib. Siapakah yang menyembunyikan dan apa motif di baliknya? Jawabannya dapat kita temukan dalam buku ini. Buku ini juga memiliki kekhususan dalam hal penyebutan detail nama orang yang masuk dalam ruang sejarah Muhammad. Keterkaitan antara nama-nama penting yang telah kita kenal dalam sejarah islam secara klan disampaikan secara detail dalam buku ini. Misalnya bagaimana hubungan kekerabatan klan antara Muhammad dengan putra angkatnya Zaid bin Haritsah yang sebelumnya merupakan budak keluarga Khadijah. Buku ini juga memuat bagan silsilah para pendiri Klan keturunan Fihr yang kemudian dikenal sebagai Quraisy, asal nama dari sebuah suku besar yang mendiami lembah Bakkah (Makkah). Detail inilah yang nantinya akan membawa kita dalam membangun gambaran utuh mengenai kehidupan Rasulullah teladan umat manusia. Otentitisitas karya ini juga dapat dirasakan melalui penukilan langsung dari berbagai karya klasik terkait dengan ucapan lisan setiap tokohnya. Demikian juga ucapan yang disampaikan oleh lisan Muhammad, maka dalam rangkaian narasi yang disampaikan Lings dalam buku ini dapat ditemukan mutiara-mutiara hadits yang diambil langsung dari kitab aslinya, mulai dari Shahih Bukhari dan Muslim, Sunan Tirmidzi, Ibnu Hanbal, Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Sebagaimana yang dituliskan Lings terkait dengan ungkapan Rasulullah di tengah perang Badar, Bergembiralah Abu Bakr! Pertolongan Allah pasti datang kepada kita. Jibril telah hadir, tangannya memegang tali kendali kuda yang ia tunggangi, dan ia akan berperang bersama kita.” Ungkapan tersebut dinukil langsung oleh Lings dari Kitab Shahih Bukhari Bab ke 64, hadits ke-10. Hal lain yang istimewa dari buku ini menurut saya adalah bagaimana Lings menuturkan asbabun nuzul dari ayat-ayat tertentu yang relevan dengan kejadian pada masa Rasulullah. Pola yang demikian menjadi satu nilai tambah bagi pembaca dalam memahami bagaimana konteks sejarah yang menyelimuti suatu ayat sehingga kemudian ia diturunkan. Sehingga tafsir yang dimunculkan terkait dengan ayat tersebut tidak kemudian tercerabut dari konteksnya. Bagi generasi sekarang, boleh jadi ayat-ayat yang dihafal atau diketahuinya tidak dilengkapi dengan pemahaman yang matang tentang bagaimana latar belakang historis turunnya ayat tersebut. Contoh yang dijelaskan oleh Lings dalam buku ini misalnya ayat tentang pengetahuan, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah dituliskan” (Q.S. 31: 27). Turunnya ayat tersebut diceritakan terkait dengan pertanyaan kaum Yahudi mengenai pengetahuan di tengah kegalauan mereka akan keyakinan bahwa Taurat yang diwariskan kepada mereka telah memuat seluruh pengetahuan yang ada. Hal ini setelah a b c d e "Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources: Revised Edition: Martin Lings (Abu Bakr Siraj Ad-Din)". Islamic Bookstore.com . Retrieved 1 July 2013.

The Quranic Art of Calligraphy and Illumination ( World of Islam Festival Trust, 1976) ISBN 0-905035-01-1Asma Asfaruddin (July 1996). "Review: [Untitled] Reviewed Work: Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources by Martin Lings". Middle East Studies Association Bulletin. 30 (1): 65. Lings’ thoroughly confused attempt at forcing those of the right, the righteous, the slaves of God and the foremost into his own special concept of a spiritual hierarchy (LXXXI, 329, 2) stems from a similar penchant for speculative originality in disregard of qualified sources.



  • Fruugo ID: 258392218-563234582
  • EAN: 764486781913
  • Sold by: Fruugo

Delivery & Returns

Fruugo

Address: UK
All products: Visit Fruugo Shop